Sabtu, 21 Mei 2011

SYI'IRAN GUSDUR

SYI'IRAN GUSDUR

Ngawiti ingsun nglaras syi’iran
Kelawan muji marang Pengeran
Kang paring rohmat lan kenikmatan
Rino wengine tanpo pitungan (2x)

Duh bolo konco prio wanito
Ojo mung ngaji syare’at bloko
Gur pinter ndongeng nulis lan moco
Tembeh mburine bakan sangsoro (2x)

Akeh kanga pal Qur’an Hadis-e
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe gak digatekke
Yen isih kotor ati akale (2x)

Gampang kabujuk nafsu angkoro
Ing pepaese gebyare ndunyo
Iri lan meri sugihe tonggo
Mulo atine peteng lan nisto (2x)

Ayo sedulur joh nglalekake
Wajibe ngaji sak pranatane
‘Nggo ngandelake iman teuhid-e
Baguse sangu mulyo matine (2x)

Kang aran soleh bagus atine
Kerono mapan sari ngilmune
Laku toreqot lan ma’rifate
Ugo hakekot manjing rasane (2x)

Al-Qur’an qodim wahyu minulyo
Tanpo ditulis iso diwoco
Iku wejangan guru waskito
Den tancepake ing njero dodo (2x)





Kumantil ati lan pikiran
Mrasuk ing badan kabeh jerohan
Mukjizat Rosul dadi pedoman
Minongko dalan manjinge iman (2x)

Kelawan Alloh Kang Moho Suci
Kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadho’i
Dzikir lan sulur jo nganti lali (2x)

Uripe ayem rumongso aman
Dununge roso tondo yen Iman
Sabar narimo najan pas-pasan
Kabeh tinakdir saking Pengeran (2x)

Kelawan konco dulur lan tonggo
Kang podo rukun ojo gok sio
Iku sunnahe Rosul kang mulyo
Nabi Muhammad panutan kito (2x)

Ayo nglakoni sakabehane
Alloh kang bakal ngangkat drajate
Senajan asor toto dhohire
Ananging mulyo maqom drajate (2x)

Lamun palastro ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadang Alloh suargo manggone
Utuh mayite ugo ulese (2x)

LKIR Sains "Biodata Pengarang"

Biodata Pengarang dari kiri ke kanan:
1. Nama : Apriliana Kusuma Widia Ningrum
Tanggal Lahir : 1 april 1995
Kelas : X-B
Sekolah : MAN Keboan Kec. Ngusikan Kab. Jombang
2. Nama : Lailatul Rosyidah
Tanggal Lahir : 24 ferbruari 1995
Kelas : X- B
Sekolah : MAN Keboan Kec. Ngusikan Kab. Jombang
3. Nama : Purbowo
Tanggal Lahir : 11 Oktober 1994
Kelas : XI-IPA
Sekolah : MAN Keboan Kec. Ngusikan Kab. Jombang

LKIR Sains "Daftar lampiran"

Lampiran 1. Literatur Takaran Abu Qi

Pada prosedur penelitian, takaran uji coba mengacu pada referensi Dalam pembuatan cincau hitam, pati tapioca merupakan komponen penting. Tanpa penambahan pati, maka gel yang diharapkan tidak akan terbentuk. Perbandingan antara jumlah tanaman janggelan kering, abu Qi, air, dan tapioca yang digunakan sangat bervariasi, dan pada akhirnya akan sangat menetukan mutu cincau yang dihasilkan.
Penentuan ini hanya berdasarkan pengalaman, yaitu bila digunakan 1 kG tanaman janggelan kering, maka dibutuhkan sekitar 0,1-0,3 kg abu Qi, 0,2-0,4 kg tepung tapioca , serta 20-50 Liter air. Sehingga dibuat dengan perbandingan terkecil yaitu 100 gram beras menggunakan air Qi dari 10 gram + 2 Liter air dan 5 gram + 2 Liter air.
http:www.sedap-sekejap.com/2002/edisi4/files/tekno.html

LKIR Sains "Halaman Isi (Daftar Pustaka)"

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Tegar, 21 Agustus 2010. http://www.membuatblog.web.id/2010/08/bahan-pengawet-pada-makanan.html

Anonima, 11 Agustus 2005. http://id.wikipedia.org/wiki/padi
Anonimb, 11 Desember 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/padi
Anonimc, 15 Desember 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/pengawet-cincau-alami
Anonimd, 16 Februari 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/pengawetan-makanan
Dara, Sekar, 12 September 2008. http://group.yahoo.com/group/naturalcookingclup/message/105213

Isroi, 24 Februari 2008.
http://www.sedap-sekejap.com/artikel/2002/edisi4/files/tekno.htm

Kemenkes, 2010.
http://www.aqua.com/tanyajawab/apakah-air-tanah-di-daerah-pegunungan-kapur-aman-untuk-dikonsumsi
Millo, 12 April 2010. http://millo-tongkosong.blogspot.com/2010/04/formalin-borax.html
Sugiyarto. 1992. http://kandungan-jerami
Syamsir, Elvira, 17 Maret 2008. http://id.shoong.com/exact-sciences/1786039-pengawet-alami-pengganti-formalin-adakah/#1xzz1190564dk

W. Norman, 12 April 2010. http://millo-tongkosong.blogspot.com/2010/04/bahan-pengganti-formalin-borax.html

LKIR Sains "Halaman Isi (Hasil dan Pembahasan serta kesimpulan)"

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Uji pH
Tabel 3. Hasil Uji PH
No. Air yang diuji pH Sifat Keterangan
1 Air A 7 Netral Aman untuk dikonsumsi
2 Air B 8 Basa lemah Aman untuk dikonsumsi
3 Air C 8 Basa lemah Aman untuk dikonsumsi
4 Air D 9 Basa lemah Tidak Aman untuk dikonsumsi
Catatan :
Air A : Air biasa sebagai kontrol
Air B : Air Qi (10 gram + 2 liter air)
Air C : Air Qi ( 5 gram + 2 liter air)
Air D : Air Qi (100 gram + 2 liter air)

Air Qi disaring dengan 4 lapis kain penyaring, hal itu disebabkan agar memperoleh air Qi yang jernih. Setelah itu dilakukan uji Ph pada air Qi tersebut. Namun pada air Qi yang menggunakan 100 gram abu Qi, tidak dapat dihasilkan air yang jernih walaupun sudah di saring dengan 4 lapis kain penyaring. Dan memperoleh hasil seperti di atas. Air Qi pada pH 9 tidak dilakukan penanakan nasi karena dikhawatirkan dapat membahayakan bagi kesehatan. (Kemenkes, 2010).












4.1.2 Uji Kandungan Karbohidrat
Tabel 4. Hasil Uji Karbohidrat
No. Bahan yang Diuji Perubahan warna Keterangan
Sebelum Ditetesi Iod Sesudah Ditetesi Iod
1. Nasi A Putih Biru tua Terdapat Karbohidrat
2. Nasi B Putih Biru tua
3. Nasi C Putih Biru tua
Catatan:
Nasi A : Nasi yang dimasak dengan air biasa sebagi kontrol.
Nasi B : Nasi yang dimasak dengan air Qi (10 gram + 2 Liter air) sebagai bahan Uji coba pertama.
Nasi C : Nasi yang dimasak dengan air Qi (5 gram + 2 Liter air) sebagai bahan Uji coba kedua.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nasi dimasak dengan menggunakan air Qi masih mengandung karbohidrat.














4.1.3 Pengamatan Fisik
Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Hasil Pengamatan
Waktu Kontrol
(Nasi Biasa) Perlakuan
(Menggunakan air Qi)
100 gram 10 gram 5 gram
19 April 2011
Jam 18:00
Nasi A
*
Nasi B
Nasi C
19 April 2011
Jam 22:00 Nasinya lengket tetapi masih tetap putih murni Tidak lengket dan sedikit berkilau Tidak lengket dan tetap putih murni
20 April 2011
Jam 10:30 Mulai berlendir dan sedikit lembek Tidak berlendir dan teksturnya masih baik Mulai berlendir dan tetap putih
20 April 2011
Jam 18:00 Sudah lembek dan terdapat banyak lender Tetap seperti sebelumnya Berlendir dan sedikit lembek
21 April 2011
Jam 10.00 Sangat lembek, terdapat banyak lendir, baunya menyengat dan terdapat jamur. Tidak lembek, mulai berlendir dan terdapat sedikit jamur Mulai banyak lender
21 April 2011
18:00 Sangat lembek menyerupai bubur, baunya sangat menyengat dan banyak terdapat jamur yang berwarna kuning. Sedikit lembek, berlendir dan terdapat jamur. Banyak lendir, sedikit lembek dan baunya sedikit menyengat

*) Untuk 100 gram tidak digunakan untuk menanak nasi karena setelah penyaringan 3 kali dihasilkan air qi yang tidak jernih (agak hitam).





4.1.4. Uji Organoleptik
Penulis melakukan uji organoleptik terhadap 13 siswa-siswi di kelas X-B dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Organoleptik
No. Nama Nasi dengan 10 gram air Qi (B) Nasi dengan 5 gram air Qi (C) Keterangan
1. Enes ++ + A lebih lemas
2. Mariyatul ++ + A lebih lemas
3. Mindy ++ + A lebih enak
4. Sunarti ++ + A lebih enak
5. Uswatun ++ + A lebih lemas
6. Rizal + ++ B lebih keras
7. Samsul + ++ B lebih keras
8. Herman + ++ B lebih keras
9. Lilis ++ + A lebih gurih
10. Gita ++ + A lebih lemas
11 Meliya ++ + A lebih lemas
12. Amiludin ++ + A lebih gurih
13. Mega ++ + A lebih lemas
Keterangan:
++ : Lebih suka
+ : Kurang suka













4.2. Pembahasan
Penelitian untuk mengetahui manfaat air Qi terhadap daya simpan nasi dimulai dari pemilihan jerami, kemudian jerami dibersikan terlebih dahulu, jerami lalu dibakar untuk diambil abunya, kemudian menyiapkan tiga wadah untuk takaran 100 gram + 2 Liter air, 10 gram + 2 Liter Air, 5 gram + 2 Liter air, lalu didiamkan selama 4 jam agar jernih, setelah itu air abu Qi di saring menggunakan kain 4 lapis dan penyaring. Penggunaan 4 lapis kain dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penyaringan air yang jernih. Setelah diperoleh air yang jernih dilakukan uji pH agar kita dapat mengetahui apakah air Qi tersebut layak untuk dikonsumsi. Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa air Qi aman untuk dikonsumsi karena mempunyai pH 8 (Tabel 3) (Kemenkes, 2010)
Setelah pengujian pH dilanjutkan dengan menanak nasi. Yang pertama nasi dimasak dengan air biasa sebagai kontrol (nasi A), nasi yang kedua (nasi B) dimasak dengan larutan 10 gram abu Qi, lalu nasi yang ketiga (nasi C) dimasak dengan larutan 5 gram abu Qi. Namun untuk larutan 100 gram abu Qi + 2 Liter air tidak dilakukan penanakan nasi karena setelah disaring 3 kali tidak dapat menghasilkan air yang jernih, dikhawatirkan akan dapat mempengaruhi warna nasi yang dimasak. Setelah nasi matang dilakukan uji kandungan karbohidrat dan uji organoleptik.
Dari Tabel.4 diketahui nasi (A, B, C) membentuk warna biru tua setelah diberi reagen iod. Hal ini menunjukkan ketiganya mengandung karbohidrat. Uji ini membuktikan bahwa penggunaan air Qi untuk menanak nasi tidak menghilangkan kandungan karbohidrat pada nasi.
Dari Tabel.5 diperoleh data bahwa 10 dari 13 (78%) siswa-siswi di kelas X-B, lebih menyukai nasi B daripada nasi C. 10 orang tersebut menyatakan bahwa nasi B lebih gurih, lebih lemas, dan lebih enak. Dan 3 orang lainnya menyatakan bahwa nasi C lebih keras teksturnya sehingga enak untuk dimakan bagi mereka.
Setelah dilakukan uji organoleptik, nasi kemudian disimpan, 4 jam kemudian dilakukan pengamatan daya simpan nasi. Kerusakan pada bahan makanan dapat terjadi karena kerusakan fisik, kimia, atau enzimatis (biologi). Namun secara umum kerusakan makanan disebakan oleh berbagai faktor dimana salah satunya adalah tumbuhnya bakteri, kamir atau kapang pada makanan yang dapat merusak gizi sehingga mengakibatkan bau busuk, dan juga dapat membentuk lendir, gas, busa, asam ataupun racun.
Namun pada penelitian ini hanya dilakukan uji pengamatan fisik saja dengan hasil seperti yang tertera pada Tabel 5. Uji ini untuk mengetahui ciri-ciri kerusakan pada nasi. Dari hasil pengamatan fisik diketahui bahwa nasi yang ditanak dengan air Qi (10 gram abu Qi + 2 liter air) dapat bertahan selama 48 jam, Untuk air Qi takaran 5 gram + 2 Liter air bertahan selama 32 jam, sedangkan yang dimasak dengan air biasa hanya dapat bertahan selama 24 jam.
Nasi dengan air Qi (dari 10 gram abu Qi) setelah 48 jam baru mulai lembek jika dibandingkan dengan nasi biasa. Sedangkan nasi yang dimasak menggunakan 5 gram air Qi bertahan selama 28 jam. Jika nasi yang dimasak menggunakan air biasa setelah 24 jam sudah lembek, berlendir dan berbau tidak sedap.
Air Qi mempunyai kemampuan untuk meningkatkan daya simpan nasi hal ini dimungkinkan karena kandungan antiseptik pada abu Qi yang mampu membunuh pertumbuhan mikroba pembusuk. (Syamsir, Elvira. 2008). Namun belum diketahui jenis mikroba tersebut, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Disamping itu kandungan mineral, seperti: natrium, fosfor, kalium, magnesium, besi, mangan, tembaga, seng mampu memperkuat tekstur bahan pangan sehingga tidak mudah dirusak oleh mikroba. Yang terutama adalah unsur kalium dan natrium karena jika bereaksi dengan tepung hasilnya bisa kenyal dan padat sehingga awet dan bakteri tidak bisa masuk. (Dara, Sekar. 2008).
Dengan kemampuan air Qi mempertahankan daya simpan nasi bisa untuk kedepan air Qi bisa dimanfaatkan sebagai pengawet alami. Hal ini mengacu pada definisi pengawet makanan yaitu cara yang digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan (Anonimd, 2010). Dengan adanya pengawetan alami berupa air Qi kita dapat lebih menekan penggunaan pengawet kimia yang dapat membahayakan kesehatan. Dengan memanfaatkan air Qi atau air rendaman abu jerami kita dapat memanfaatkannya sebagai bahan pengawet makanan. Aman untuk dikonsumsi karena bahan pengawet tersebut alami atau barasal dari tumbuhan yang natural di sekeliling kita.
Penulis menggunakan objek berupa nasi karena merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat. Hal ini juga bertujuan untuk meminimalisir penggunaan zat kimia yang sering digunakan pada industri kecil maupun jajanan ringan. Juga dapat dilakukan oleh pedagang yang menjual makanan yang berbahan dasar karbohidrat, misalnya penjual nagasari, mie ayam, martabak manis dan lain sebagainya.
Dampak yang dapat kita peroleh dari penggunaan pengawet alami seperti air rendaman abu jerami diantaranya adalah dapat mengenyalkan makanan, dapat melunakkan tekstur makanan, dan juga dapat mempererat tekstur makanan sehingga dapat menghambat pertumbuhan jamur yang dapat menyebabkan makanan cepat basi. (Anonimc, 2009).
Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa manfaat penggunaan bahan pengawet alami tidak jauh beda dengan menggunakan bahan pengawet kimia, bahkan kita dapat terhindar dari dampak-dampak negatif dari penggunaan bahan kimia yang berbahaya. Kita juga dapat memanfaatkan limbah masyarakat di lingkungan pertanian agar tidak terbuang sia-sia dan menjadikan air di sekitar permukiman menjadi tercemar.
Dengan adanya penelitian, masyarakat dapat menghindari makanan-makanan yang kurang baik untuk kesehatan. Masyarakat dapat lebih mengantisipasi pola hidup mereka menjadi pola hidup yang alami dan sehat. Mereka juga dapat memanfaatkan limbah yang tidak lagi terpakai menjadi sebuah sarana menghindari racun di tengah-tengah konsumeritas mereka.











BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis dalam uji coba pengawetan nasi dengan menggunakan air Qi, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Penggunaan air Qi dalam pemasakan nasi memperpanjang daya simpan nasi dan relatif aman.
2. Takaran air Qi yang dianjurkan adalah abu qi 10 gram direndam dalam air sebanyak 2 liter.
5.2. Saran
1. Untuk dilakukan uji lebih lanjut, meliputi uji biologi dan kimia terhadap nasi yang menggunakan air Qi.
2. Untuk mengujikan penggunaan air Qi pada produk perdagangan yang menggunakan bahan dasar beras untuk meningkatkan daya simpannya.

LKIR Sains "Halaman Isi (Metodologi Penelitian)"

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Rangkaian kegiatan penelitian dilaksanakan sejak tanggal 30 Maret 2011 hingga 27 April 2011 yaitu di kediaman rumah penulis dan Laboratorium IPA MAN Keboan dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 2. Jadwal Kegiatan
Kegiatan Waktu
1. Mengumpulkan referensi
2. Melakukan percobaan dan pengambilan data
3. Finishing 30 Maret- 17 April 2011
18-25 April 2011

25-27 April 2011

3.2. Rancangan Penelitian
3.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah eksperimen.
3.2.2 Bahan dan Alat
Bahan yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah:
 Beras
 Jerami
 Aair
 Iod/lugol.
Alat yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah :
 Neraca atau timbangan
 Ember
 Panci
 Sendok
 Kompor
 Korek api
 Botol 2 L
 Alat penyaringan
 Kertas lakmus
3.3. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian sebagai berikut :
1. Jerami yang sudah dipilih dibersihkan terlebih dahulu.
2. Jerami yang sudah bersih kemudian dibakar.
3. Setelah selesai, maka diambil abunya dan ditimbang sebanyak 100 gram, 10 gram dan 5 gram. (Lampiran 2, 2008).
4. Abu jerami yang sudah ditimbang direndam dalam air masing-masing 2 Liter selama 4 jam. (Lampiran 2, 2008).
5. Rendaman abu jerami inilah yang disebut air Qi. Kemudian mengukur pH.
6. Mencuci beras agar bersih.
7. Memulai menanak nasi dengan menggunakan air biasa, air Qi masing-masing dengan takaran yang dibuat dari rendaman abu 10 gram dan 5 gram.
8. Menguji kandungan karbohidrat.
9. Mengamati hasil uji coba pada nasi yang dimasak menggunakan air Qi dan air biasa.

LKIR Sains "Halaman Isi (Tinjauan Pustaka)"

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Pengawet Makanan
2.1.1 Pengertian bahan pengawet makanan
Ada berbagai pendapat mengenai pengertian bahan pengawet makanan, diantaranya :
 Yaitu upaya untuk mencegah, menghambat pertumbuhan mikroba yang terdapat dalam pangan. (Anonimd, 2010).
 Cara yang digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan.
(Anonimd, 2010)
 Bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi,pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. (Abdullah Tegar, 2010)
2.1.2 Cara pengawetan makanan
Untuk mengawetkan makanan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya adalah :
1) Secara fisik
 Pemanasan yaitu pengawetan yang dilakukan untuk bahan padat.
 Pendinginan yaitu pengawetan yang dilakukan pada daging dan susu.
 Pengasapan yaitu pengawetan yang dilakukan untuk jangka panjang seperti daging.
 Pengalengan yaitu pengawetan dengan perpaduan kimia dan fisika.
 Pembuatan acar yaitu pengawetan untuk bahan sayur dan buah.
 Pengentalan yaitu pengawetan untuk bahan cair.
 Pengeringan yaitu pengawetan untuk bahan padat yang mengandung protein dan karbohidrat.
 Pembuatan tepung yaitu pengawetan yang diterapkan pada bahan karbohidrat.
 Iradiasi yaitu pengawetan untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perumahan biokimia.
2) Secara biologi dan kimia
 Penambahan enzim, seperti papain dan bromelin.
 Penambahan bahan kimia, asam sitrat, garam dan gula.
 Pengasinan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
 Pemanisan untuk mencegah kerusakan makanan.
 Pemberian bahan pengawet, diterapkan pada bahan cair atau mengandung minyak. (Anonimd, 2010).



2.1.3 Prinsip-prinsip pengawetan makanan
Terdapat berbagai prinsip dalam pengawetan makanan antara lain :
1. Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi bahan pangan.
2. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
3. Mencegah atau memperlambat kerusakan microbial.
(Anonimd, 2010)
2.1.4. Tujuan penggunaan tambahan bahan pengawet
Tujuan penambahan bahan pengawet untuk makanan adalah sebagai berikut:
 Menghambat pembusukan.
 Menjamin mutu awal pangan agar tetap terjaga selama mungkin.
(Anonimd, 2010).
2.1.5 Manfaat penggunaan bahan pengawet
Manfaat yang dapat diperoleh dalam penggunaan bahan pengawet antara lain :
Mempertahankan konsistensi produk.
Meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi.
Mempertahankan kelezatan dan kesehatan makanan.
Mengembangkan atau mengatur keasaman atau kebasaan makanan.Menguatkan rasa atau mendapatkan warna yang diinginkan
(Syamir Elvira, 2008)



2.1.6. Jenis-jenis bahan pengawet makanan
Terdapat berbagai macam jenis bahan pengawet makanan yang sering dijumpai dalam perindustrian. Diantaranya adalah :
 GRAS (Generally Recognized as Safe) yaitu Pengawet alami sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali.
 ADI (Acceptable Daily Intake) yaitu pengawet yang selalu diterapkan batas penggunaan hariannya guna melindungi kesehatan komsumen.
 Zat pengawet yang memang tidak layak di konsumsi karna berbahaya. (Syamsir Elvira, 2008).
2.1.7. Bahan pengawet yang diijinkan
Bahan pengawet merupakan bahan kimia tambahan yang cenderung dilarang oleh pemerintah. Namun ada pula bahan pengawet yang diijinkan oleh pemerintah diantaranya adalah :
 Asam benzoate
 Asam sorbat
 Sulfur dioksida
 Etil p-hidroksi benzoate
 Kalium benzoate
 Kalium sulfite
 Kalium bisulfit
 Kalium nitrat
 Kalium nitrit
 Kalium propionate
 Kalium sorbet
 Kalsium propionate
 Kalsium sorbet
 Kalsium benzoate
 Natrium benzoate
 Metil p-hidroksi benzoate
 Natrim sulfite
 Natrium bisulfit
 Natrium metabisulfit
 Natrium nitrat
 Natrium nitrit
 Natrium propionate
 Nisin
 Propil-p-hidroksi benzoate
(Syamir Elvira, 2008).


2.1.8. Bahan pengawet yang diijinkan namun kurang baik untuk kesehatan
Berbagai bahan pengawet yang diijinkan namun kurang baik untuk kesehatan adalah:
 Kalsium benzoate
Dapat menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin, juga dapat memicu terjadinya serangan asma.
 Sulfur dioksida
Dapat menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma,mutasi genetic, kanker dan alergi.
 Kalium nitrit
Dapat menyebabkan keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah dalam membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. Menyebabkan kesulitan bernafas, sakit kepala, anemia, radang ginjal dan muntah-muntah.
 Kalsium propionate / Natrium propionate
Dapat menyebabkan migren, kelelahan dan kesulitan tidur.
 Natrium metasulfat
Dapat menyebabkan alergi pada kulit.
 Asam sorbet
Dapat menyebabkan perlukaan pada kulit.
(Syamir Elvira, 2008).



2.1.9 Jenis-jenis bahan pengawet yang tidak aman untuk digunakan dan gangguan kesehatan yang disebabkannya.
Bahan pengawet yang tidak aman digunakan dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal antara lain:
1. Natamicin
Dapat menyebabkan mual, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
2. Kalium asetat
Dapat menyebabkan kerusakan fungsi ginjal.
3. Butil Hidroksi Anisol (BHA)
Dapat menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker.
4. Boraks
Dapat menyebabkan gangguan pada otak, hati dan kulit.
5. Formalin
Dapat menyebabkan kanker paru-paru, serta gangguan pada alat pencernaan.
(Syamir Elvira, 2008)
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam Formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin banyak digunakan untuk:
1. Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih :lantai, kapal, gudang dan pakaian
2. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain
3. Bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak
4. Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas
5. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea
6. Bahan pembuatan produk parfum
7. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku
8. Pencegah korosi untuk sumur minyak
9. Bahan untuk insulasi busa
10. Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood)
11. Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia.(Millo, 2010)
Berikut adalah beberapa gangguan kesehatan yang disebabkan oleh konsumsi bahan pengawet:










TABEL 1. Pengaruh Beberapa Bahan Pengawet Terhadap Kesehatan
BAHAN PENGAWET PRODUK MAKANAN PENGARUH TERHADAP KESEHATAN
Ca-benzoat Sari buah, minuman ringan, minumam anggur manis, ikan asin Dapat menyebabkan reaksi merugikan pada asmatis dan yang peka terhadap aspirin
Sulfur dioksida (SO2) Sari buah, cider, buah kering, kacang kering, sirup, acar Dapat menyebabkan pelukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetic, kanker dan alergi
K-nitrit Daging kornet, daging kering, daging asin pikel danging Nitrit dapat mempengaruhi sel darah untuk membawa oksigen, menyebabkan kesulitan bernafas dan sakit kepala, anemia, radang ginjal, muntah-muntah
Ca- / Na-propionat Produk roti dan tepung Migren, kelelahan, kesulitan tidur
Na-metasulfat Produk roti dan tepung Alergi kulit
Asam sorbet Produk jeruk, keju, pikel dan salat Pelukaan kulit
Natamysin Produk daging dan keju Dapat menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan pelukaan kulit
K-asetat Makana asam Merusak fungsi ginjal
BHA Daging babi segar dan sosisnya, minyak sayur, shortening, kripik kentang, pizza beku, instant teas Menyebabkan penyakit hati dan kanker

(Dara Sekar, 2008)





2.1.10. Jenis pengawet alami
Pengawet alami yang dapat kita gunakan sebagai pengawet bahan makanan, yang tidak berpengaruh buruk bagi kesehatan, yaitu:
1. Garam dapur (NaCl)
Dapat digunakan pada daging, pindang, ikan asin, telur asin, dll. Larutan garam yang masuk ke dalam jaringan dan mengikat air bebasnya sehingga menghambat pertumbuhan dan aktifitas bakteri penyebab pembusukan pada bahan makanan.
2. Gula (C6H12O6)
Manfaatnya sama seperti garam, namun gula lebih sering digunakan pada dendeng, manisan basar atau buah kering. (Syamsir Elvira, 2008).

2.2 Padi
2.2.1 Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophita
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oryza
Species : Oryza sativa
Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar.
Padi termasuk suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau Glumifloare). Ternasemusim berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3mm hingga 15mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominant adalah endospermium yang dimakan orang.
2.2.2 Penyebab Dan Adaptasi
Asal-usul padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga dan Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse. Di Afrika, padi Oryza glaberrima ditanam di daerah Afrika barat Tropika. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah tempat di pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air pafa sebagian tahap kehidupanya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar.
2.2.3 Reproduksi
Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol.
Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama.
Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endospermia. Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir padi mengandung pati di bagian endospermia. Bagi tanaman muda, pati berfungsi sebagai cadangan makanan. Bagi manusia, pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
2.2.4 Genetika Dan Perbaikan Varietas
Satu set genom padi terdiri dari 12 kromosom. Karena padi adalah tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual). Padi merupakan organisme model dalam kajian genetika tumbuhan karena dua alasan: kepentingan bagi umat manusia dan ukuran kromosom yang relative kecil, yaitu 1.6~2.3 x 10 pasangan basa (base pairs, bp) (sumber:situs Gramene.org).
Pada tahun 1960-an pemuliaan padi diarahkan sepenuhnya pada peningkatan hasil. Hasilnya adalah padi “IR5” dan “IR8” ( di Indonesia diadaptasi menjadi “PB5” dan “PB8”). Walaupun hasilnya tinggi, tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng coklat pada tahun 1970-an.
Pada tahun 1984 Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi Negara swasembada beras.
Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-an memungkinkan perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi transgenik mampu memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkkan penggunaan pestisida. IRRI bekerjasama dengan beberapa lembaga yang lain, merakit “padi emas” (golden rice) yang dapat menghasilkan pro-vitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi vitamin A di berbagai Negara berkembang. Suatu tim peneliti dari jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi alternatif imunisasi kolera, terutama di Negara-negara berkembang.
Sejak penghujung abad ke-20 dikembangkan padi hibrida, yang memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain.
Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu tanamanm (OPT) dan tekanan (stress) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan tanah masam). Pengarahan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi juga dilakukan, misalnya dengan perakitan kultivar mengandung karoten ( provitamin A). (Anonima, 2005)
2.2.5 Nasi
Nasi adalah beras yang telah direbus atau ditanak. Proses perebusan beras dikenal juga sebagai tim. Penanakan diperlukan untuk membangkitkan aroma nasi dan membuatnya lebih lunak tetapi tetap terjaga konsistensinya. Pembuatan nasi dengan air berlebih dalam proses perebusannya menghasilkan bubur.
Warna nasi yang telah masak berbeda-beda tergantung dari jenis beras yang digunakan. Pada umumnya, warna nasi adalah putih bila beras yang ditanak berwarna putih. Beras merah atau beras hitam akan menghasilkan warna nasi yang serupa dengan berasnya. Kandungan amilosa yang rendah pada pati beras akan menghasilkan nasi yang cenderung lebih transparan dan lengket. Ketan, yang patinya hanya mengandung sedikit amilosa dan hampir semuanya mengandung amilopektin, memiliki sifat semacam itu. Beras jepang (Japonica) untuk pembuatan sushi mengandung kadar amilosa seekitar 12-15% sehingga nasinya lebih lengket daripada nasi yang dikonsumsi di Asia Tropika, yang kadar amilosanya sekitar 20%. Pada umumnya beras dengan kadar amilosa lebih dari 24% akan menghasikan nasi yang ‘pera’ (tidak lengket, keras, dan mudah terpisah-pisah).
Nasi dimakan oleh sebagian besar penduduk Asia sebagai sumber karbohidrat utama dalam menu sehari-hari. nasi sebagai makanan pokok biasanya dihidangkan bersama lauk sebagai pelengkap rasa dan juga melengkapi kebutuhan gizi seseorang. Nasi dapat diolah lagi bersama bahan makanan lain menjadi masakan baru, seperti pada nasi goreng, nasi kuning atau nasi kebuli. Nasi bisa dikatakan makanan pokok masyarakat Asia, khususnya Asia Tenggara. (Anonimb, 2008)
2.3 Abu Qi
Abu “Qi” adalah istilah dalam perdagangan yang telah dikenal luas oleh perusahaan rakyat pembuat cincau hitam. Zat tersebut berupa kristal berwarna coklat muda sampai coklat tua. Abu “Qi” dapat dibeli di toko-toko kimia atau kelontong. Sifat khasnya adalah mudah larut dalam air pada keadaan terbuka di suhu ruang. Partikel ini cepat sekali menyerap air. Oleh karena itu harus disimpan di tempat yang tertutup.
Abu “Qi’ merupakan komponen yang sarat akan mineral, seperti: natrium, fosfor, kalium, magnesium, besi,mangan, tembaga, seng, dan sebagainya. Tujuan penambahan komponen ini untuk memperkeras tekstur gel yang dihasilkan. Cincau hitam dengan tekstur yang lebih keras umumnya lebih di sukai daripada yang teksturnya lunak. Semakin keras tekstur, gel cincau, maka semakin awet cincau tersebut.
Bila abu “Qi” susah didapat, maka sebagai gantinya dapat digunakan air “Qi’ yang dapat dibuat sendiri dengan cara merendam abu merang atau jerami padi selama 4 jam. Air remdaman tersebut kemudian di bersihkan dan disaring. Hasil saringan yang jernih, tidak berwarna dan terasa licin, ini dikenal dengan istilah air “Qi”. Air Qi ini bersifat basa dengan pH (tingkat keasaman) sekitar 8-9. Disamping sebagai pengenyal makanan juga sebagai pengawet yang aman dan juga sebagai pengganti formalin. Disamping untuk membuat cincau, untuk membuat mie dan bacang, air abu ini juga digunakan. (Sekar Dara, 2008).

LKIR Sains "Halaman Isi (Pendahuluan)"

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di tahun yang semakin modern ini semakin banyak pula kesibukan-kesibukan yang dilakukan oleh masyarakat. Apalagi dengan adanya pekerjaan yang sangat menyita waktu mereka. Karena hal itu sebagian besar masyarakat, wanita karier yang berumah tangga khususnya lebih memilih untuk menghidangkan makanan kepada keluarganya menggunakan metode cepat saji. Bahkan banyak diantara mereka lebih memilih memesan makanan dari restoran karena tidak banyak menghabiskan waktu.
Hal ini juga sering digunakan oleh para remaja yang jauh dari rumah seperti dalam rantauan, mahasiswa dan yang lainnya. Paling tidak mereka memasak nasi dengan menggunakan magic com. Nasi yang terus menerus dipanaskan akan dapat menghilangkan nutrisi yang terkandung dalam nasi yang kita masak. Dengan alat pemasak sekaligus penghangat itulah kadar tiamin dalam nasi akan menurun.
(Anonimb, 2008). Semakin lama waktu penyimpanan, maka semakin menurun pula kadar tiamin hidroksidanya.
Sebagian besar orang pasti beranggapan bahwa memasak dengan menggunakan magic com akan dapat mengawetkan makanan maupun nasi yang ditanak di dalamnya. Padahal hal itu malah menyebabkan adanya kerusakan kandungan yang merupakan suplemen penting bagi kebutuhan tubuh manusia. Kebutuhan yang selalu dibutuhkan dalam mensuplai energi yakni karbohidrat dari nasi.
Nasi pesanan dari restoran tidak semuanya higienis dan aman untuk dikonsumsi. Ada pula sebagian makanan antar maupun cepat saji mengunakan bahan pengawet. Jika menggunakan bahan pengawet makanan yang sesuai dengan kadar yang diperbolehkan itu masih bisa untuk dikonsumsi. Tetapi makanan-makanan yang berpenampilan lezat tersebut akan menjadi racun bagi kita jika pembuatnya tidak mengikuti prosedur dalam mengolah makanan. Misalnya menggunakan pengawet makanan yang melebihi takaran agar lebih awet, atau bahkan menggunakan bahan kimia berbahaya lainnya yang dapat mengganggu kesehatan kita.
Bahan pengawet yang bukan digunakan untuk keperluan konsumsi sangat berbahaya bagi kesehatan. Jika bahan pengawet tersebut masih dalam kadar alami seperti gula (glukosa), garam (NaCl), air cuka dan yang lainnya, masih dapat dikonsumsi tanpa adanya rasa khawatir akan bahaya. Tetapi jika pengawet tersebut sudah di luar batas konsumsi seperti formalin, boraks atau pijer dan yang lainnya merupakan zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan.
(Anonimd, 2010)
Sering pula kita jumpai banyaknya kuliner-kuliner sederhana yang dijajakan di jalan-jalan. Mungkin hal itu menurut kita lebih praktis dan tidak berbahaya. Namun dibalik itu ada bahaya yang mengancam dari penggunaan pengawetnya.
Untuk mengantisipasi hal itu, kita harus membiasakan diri untuk hidup sehat dengan cara menghindari makanan-makanan yang sekiranya menggunakan bahan pengawet buatan atau dengan menggunakan pengawet yang tidak berbahaya dengan memanfaatkan bahan alami. Salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai pengawet adalah tanaman padi (Oryza sativa) yaitu bagian jerami maupun dengan kulit arinya atau sekam. Jerami maupun sekam biasanya dibakar dan abunya disebut abu qi. Abu qi yang direndam akan menghasilkan air qi.
Air rendaman abu jerami (air qi) banyak dimanfaatkan oleh pembuat cincau dan bermanfaat dapat mengenyalkan, dapat melunakkan tekstur makanan, dan juga dapat mempererat tekstur makanan sehingga dapat menghambat pertumbuhan jamur yang dapat menyebabkan makanan cepat basi. (Anonimc, 2009).
Dari literatur tersebut kami menguji efektifitas air Qi untuk meningkatkan daya simpan nasi sebagai alternatif pengawet alami.

1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan air Qi terhadap daya simpan nasi?
2. Berapa takaran air qi yang tepat?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh air Qi terhadap daya tahan nasi.
2. Untuk mengetahui takaran air Qi terhadap daya tahan nasi

1.4 Batasan Masalah
1. Air Qi dibuat dari rendaman abu jerami.
2. Nasi dimasak dengan cara ditanak

1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberi informasi tentang alternatif pengawet alami dari air Qi yang lebih mudah diperoleh.
2. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan jerami yang saat ini lebih cenderung sebagai sampah.

LKIR Sains "Halaman i"

LEMBAR PENGESAHAN


Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Manfaat Air Qi Sebagai Alternatif Pengawet Alami untuk Meningkatkan Daya Simpan Nasi” ini telah disetujui dan disahkan pada tanggal 27 April 2011.







































KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga karya tulis yang berjudul ” Manfaat Air Qi Sebagai Alternatif Pengawet Alami untuk Meningkatkan Daya Simpan Nasi” ini dapat kami selesaikan.
Karya Tulis ini disusun untuk diikutkan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah PORSENI se-MA kabupaten Jombang. Karya Tulis ini memberikan gambaran tentang Pemanfaatan jerami sebagai alternatif pengawet alami dan diujikan terhadap daya simpan nasi.
Dalam penyelesaian Karya Tulis ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dra. Hj. Tartiningsih M.Pd.I selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri Keboan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian
2. Ibu Verda Agustina W.,S.Si yang telah membimbing penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Seluruh pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan.
Atas kritik dan saran kami ucapkan terima kasih.



ABSTRAK
Apriliana dkk. 2011, Manfaat Air Qi Sebagai Alternatif Pengawet Alami Untuk Meningkatkan Daya Simpan Nasi. Karya Tulis Ilmiah MAN Keboan. Pembimbing : Verda Agustina W.,S.Si

Kata Kunci: air Qi, Daya simpan nasi, Pengawet alami
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rasa prihatin terhadap pengawet yang beredar saat ini, padahal berdampak buruk bagi kesehatan. Pengawetan pada nasi dengan cara disimpan dalam magic com, dapat merusak kandungan tiamin yang terdapat dalam nasi (Anonimb, 2008). Peningkatan daya tahan nasi dapat dilakukan dengan cara penggunaan air rendaman abu jerami (air Qi) sesuai takaran.
Penelitian dilakukan dengan menanak nasi dilakukan dengan perlakuan. Pemasakan nasi dilakukan 3 macam, yaitu nasi menggunakan air biasa, nasi menggunakan larutan 10 gram air Qi dan nasi yang menggunakan larutan 5 gram air Qi. Teknik pengamatannya berupa uji fisik, uji pH, uji Karbohidrat dan uji organoleptik.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka dan eksperimen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa air qi mempunyai pH 8 sehingg layak dikonsumsi. Kandungan karbohidrat juga tidak hilang dengan perlakuan air Qi. Nasi yang menggunakan air Qi pada penanakannya mempunyai daya simpan lebih lama dari pada nasi yang menggunakan air biasa. Daya simpannya selama 48 jam. Dari hasilujiorganoleptik juga sebagian besr responden (78%) menyukainya.
























DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Abstrak iii
Daftar Isi iv-vi
Daftar Tabel vii
Daftar Lampiran viii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Batasan Masalah 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Bahan Pengawet Makanan 4
2.1.1 Pengertian Bahan Pengawet Makanan 4
2.1.2 Cara Pengawetan Makanan 4
2.1.3 Prinsip-prinsip Pengawetan Makanan 6
2.1.4 Tujuan Penggunaan Tambahan Bahan Pengawet Makanan 6
2.1.5 Manfaat Penggunaan Bahan Pengawet 6
2.1.6 Jenis-jenis Bahan Pengawet Makanan 7
2.1.7 Bahan Pengawet Yang Diijinkan 7
2.1.8 Bahan Pengawet Yang Diijinkan tapi Kurang Baik Untuk Kesehatan 9
2.1.9 Jenis bahan Pengawet Yang Tidak Aman Untuk Digunakan dan Gangguan Kesehatan yang Disebabkannya 10
2.1.10 Jenis Pengawet Alami 13
2.2 Padi 13
2.2.1 Klasifikasi Ilmiah 13
2.2.2 Penyebab Dan Adaptasi 14
2.2.3 Reproduksi 14
2.2.4 Genetika Dan Perbaikan Varietas 15
2.2.5 Nasi 16
2.3 Abu Qi 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian 19
3.2 Rancangan Penelitian 19
3.2.1 Jenis Penelitian 19
3.2.2 Bahan dan Alat 19
3.3 Prosedur Penelitian 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21
4.1 Hasil 21
4.1.1. Uji pH 21
4.1.2 Uji Kandungan Karbohidrat 22
4.1.3 Pengamatan Fisik 23
4.1.4 Uji Organoleptik 24
4.2 Pembahasan 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 29
5.1 Kesimpulan 29
5.2 Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN





















DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengaruh Beberapa Bahan Pengawet Terhadap Kesehatan 12
Tabel 2. Jadwal Kegiatan 19
Tabel 3. Hasil Uji pH 21
Tabel 4. Hasil Uji Karbohidrat 22
Tabel 5. Hasil Pengamatan 23
Tabel 6. Hasil Uji Organoleptik 25

















DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Literatur Takaran Abu Qi
Lampiran 2. Dokumentasi Prosedur Penelitian
Gambar 1 Prosedur Penelitian
Gambar 2 Uji Karbohidrat
Gambar 3 Uji pH
Lampiran 2. Dokumentasi Prosedur Penelitian
Lampiran 3. Biodata Pengarang