Sabtu, 21 Mei 2011

LKIR Sains "Halaman Isi (Pendahuluan)"

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di tahun yang semakin modern ini semakin banyak pula kesibukan-kesibukan yang dilakukan oleh masyarakat. Apalagi dengan adanya pekerjaan yang sangat menyita waktu mereka. Karena hal itu sebagian besar masyarakat, wanita karier yang berumah tangga khususnya lebih memilih untuk menghidangkan makanan kepada keluarganya menggunakan metode cepat saji. Bahkan banyak diantara mereka lebih memilih memesan makanan dari restoran karena tidak banyak menghabiskan waktu.
Hal ini juga sering digunakan oleh para remaja yang jauh dari rumah seperti dalam rantauan, mahasiswa dan yang lainnya. Paling tidak mereka memasak nasi dengan menggunakan magic com. Nasi yang terus menerus dipanaskan akan dapat menghilangkan nutrisi yang terkandung dalam nasi yang kita masak. Dengan alat pemasak sekaligus penghangat itulah kadar tiamin dalam nasi akan menurun.
(Anonimb, 2008). Semakin lama waktu penyimpanan, maka semakin menurun pula kadar tiamin hidroksidanya.
Sebagian besar orang pasti beranggapan bahwa memasak dengan menggunakan magic com akan dapat mengawetkan makanan maupun nasi yang ditanak di dalamnya. Padahal hal itu malah menyebabkan adanya kerusakan kandungan yang merupakan suplemen penting bagi kebutuhan tubuh manusia. Kebutuhan yang selalu dibutuhkan dalam mensuplai energi yakni karbohidrat dari nasi.
Nasi pesanan dari restoran tidak semuanya higienis dan aman untuk dikonsumsi. Ada pula sebagian makanan antar maupun cepat saji mengunakan bahan pengawet. Jika menggunakan bahan pengawet makanan yang sesuai dengan kadar yang diperbolehkan itu masih bisa untuk dikonsumsi. Tetapi makanan-makanan yang berpenampilan lezat tersebut akan menjadi racun bagi kita jika pembuatnya tidak mengikuti prosedur dalam mengolah makanan. Misalnya menggunakan pengawet makanan yang melebihi takaran agar lebih awet, atau bahkan menggunakan bahan kimia berbahaya lainnya yang dapat mengganggu kesehatan kita.
Bahan pengawet yang bukan digunakan untuk keperluan konsumsi sangat berbahaya bagi kesehatan. Jika bahan pengawet tersebut masih dalam kadar alami seperti gula (glukosa), garam (NaCl), air cuka dan yang lainnya, masih dapat dikonsumsi tanpa adanya rasa khawatir akan bahaya. Tetapi jika pengawet tersebut sudah di luar batas konsumsi seperti formalin, boraks atau pijer dan yang lainnya merupakan zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan.
(Anonimd, 2010)
Sering pula kita jumpai banyaknya kuliner-kuliner sederhana yang dijajakan di jalan-jalan. Mungkin hal itu menurut kita lebih praktis dan tidak berbahaya. Namun dibalik itu ada bahaya yang mengancam dari penggunaan pengawetnya.
Untuk mengantisipasi hal itu, kita harus membiasakan diri untuk hidup sehat dengan cara menghindari makanan-makanan yang sekiranya menggunakan bahan pengawet buatan atau dengan menggunakan pengawet yang tidak berbahaya dengan memanfaatkan bahan alami. Salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai pengawet adalah tanaman padi (Oryza sativa) yaitu bagian jerami maupun dengan kulit arinya atau sekam. Jerami maupun sekam biasanya dibakar dan abunya disebut abu qi. Abu qi yang direndam akan menghasilkan air qi.
Air rendaman abu jerami (air qi) banyak dimanfaatkan oleh pembuat cincau dan bermanfaat dapat mengenyalkan, dapat melunakkan tekstur makanan, dan juga dapat mempererat tekstur makanan sehingga dapat menghambat pertumbuhan jamur yang dapat menyebabkan makanan cepat basi. (Anonimc, 2009).
Dari literatur tersebut kami menguji efektifitas air Qi untuk meningkatkan daya simpan nasi sebagai alternatif pengawet alami.

1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan air Qi terhadap daya simpan nasi?
2. Berapa takaran air qi yang tepat?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh air Qi terhadap daya tahan nasi.
2. Untuk mengetahui takaran air Qi terhadap daya tahan nasi

1.4 Batasan Masalah
1. Air Qi dibuat dari rendaman abu jerami.
2. Nasi dimasak dengan cara ditanak

1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberi informasi tentang alternatif pengawet alami dari air Qi yang lebih mudah diperoleh.
2. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan jerami yang saat ini lebih cenderung sebagai sampah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar