Selasa, 19 April 2011

MISTERI BUKIT ANDOLA

MISTERI BUKIT ANDOLA
Oleh : Lailatul Rosyidah
Didalam kelas tang redup dan berdindingkan bamboo, terdapat tiga anak yang mempunyai jiwa imajinasi yang tinggi. Mereka adalah Halim, Syah dan Ridwan. Suatu ketika mereka menemukan sebuah buku tua diantara tumpukan – tumpukan buku yang ada di samping kelas mereka yang bertuliskan “Rahasia bukit Andola”. Mereka sangat tertarik dengan buku itu, hingga mereka membacanya dan menemukan secarik kertas didalam buku yang berisikan tentang peta letak bukit Andola tersebut. Tanpa berfikir panjang mereka berencana mencari letak tempat misterius itu, apalagi yang pernah mereka dengar bahwa bukit Andola merupakan bukit terlarang dan tidak adaa seorangpun yang berani ke tempat itu. Setelah menelusuri jalan setapak, akhirnya mereka menemukan letak bukit tersebut. Ternyata letak bukit tersebut tidak jauh dari sekolah mereka.
Sore itu Halim, Syah dan Ridwan mendatangi kembali bukit itu, suasana yang mistis dengan jelas mereka rasakan, sehingga mereka lebih penasaran terhadap apa yang mereka rasakan saat itu. Diatas bukit itu terdapat sebuah goa tua yang mulutnya sudah dipenuhi batuan – batuan yang dilapisi lumut. Didalam goa tersebut terdapat berbagai macam benda yang sudah tidak terpakai lagi.
“ aneh…. Aku kira goa ini sudah sangat tua, tetapi kelihatannya masih terjamah orang “ kata Halim
“ Ah…. Jangan sok detektif kamu Lim, dari mana kamu tau ?”. Tanya Syah
“ Kalian tidak lihat, benda – benda seperti almari, meja disini kan merupakan benda modern. Tidak mungkin jika benda – banda ini sudah ada berpuluh – puluh tahun yang lalu, pastilah ada seseorang yang telah membawanya kesini.”
Kemudian mereka meneruskan perjalanan untuk menelusuri goa itu lebih dalam. Setelah mereka sampai di lorong yang kedua, mereka melihat katrol yang tertata rapid an tiba – tiba mereka bertemu dengan sesosok laki – laki tua yang mengaku dirinya adalah penjaga goa itu.
“ Ada perlu apa kalian kemari ?” kalau kalian ingin selamat, lebih baik kalian tinggalkan goa ini. Di goa ini banyak hal – hal yang dapat membahayakan kalian.”
“Ba….ba….baik pak”
“ Hemm….. bagus, sekarang kalian cepat pulang, hari sudah mulai gelap. Lorong keluar ada disebelah sana”
Dengan segera mereka bergegas untuk pulang. Tapi dihati mereka masih terselip berbagai pertanyaan yang membuat hati mereka menjadi lebih penasaran.
“Lim, Syah….. gimana nih….. masak penelusuran kita harus usai begitu saja”
“oh….. tentu tidak, apakah kalian percaya dengan kata – kata bapak tua yang tadi ?”
“ Kalau aku sih antara percaya nggak percaya” kata Syah ragu – ragu.
“ seratus persen aku nggak percaya. Hey…. Kita bukan anak kecil sob….. masak ditempat terpencil seperti itu ada penjaganya segala. Apa gunanya coba….?”
“ benar juga apa katamu Lim….. lantas…..?”
“ Kita teruskan saja penelusuran kita besok, setuju…?” Usul Ridwan
“Oke….. aku setuju, kamu gimana Lim….?” sahut Syah
“Aku…..Aku……. setuju juga deh…..”
Hingga saat itu setiap sore mereka mendatangi tempat itu hingga mereka menemukan sebuah peti yang berisi berlian dan suara gamelan yang diikuti suara kereta api yang sedang melaju.
“Sssrrrkkk…..Sssrrrkkk….Sssrrrkkk…..”
“Suara apa itu…?.”
“Seperti suara kereta api yang sedang melaju.”
“Hah….? Kamu ini ada-ada saja, mana ada kereta dalam goa kaya’ gini.”
“Benar kamu Lim, seperti suara kereta api yang seng melaju. Tapi ini aneh, didalam goa terpencil seperti ini ada suara kereta api.”
“Emm….. kalian ngigau kali…. Aku aja nggak denger apa-apa, tapi…..”
“Tapia pa Wan….?.”
“Jangan bilang kalau…..” kata Halim ketakutan,
“Kalian denger sesuatu nggak…..?.”
“ Loe apaan sih Wan ? bikin gue takut aja.”
“Emmm….. emang dasar loenya aja yang penakut. Tapi beneran loe denger sesuatu Wan…?” kata Syah serius.
“Yach….. seperti suara gamelan di arah sini….” Kata Ridwan sambil berjalan kea rah yang di maksud/
Sementara itu Halim berjalan di dekat tetesan air yang tidak lain adalah darah.
“Wan, Syah….. ada darah di sini.”
Dengan adanya misteri-misteri yang terjadi, mereka mengakhiri penelusuran pada hari itu dengan beribu-ribu tanda Tanya yang berkecamuk dihati mereka.
Sore ketiga mereka kembali mendatangi goa tersebut dengan perasaan serba penasaran hingga meneruskan penelusuran ke salah satu pelosok dari goa tersebut yang merupakan pintu menuju rumah tua yang seakan-akan dikelilingi oleh hutan.
“Lim…. Lihat, apa itu…”
“Bayangan seorang wanita yang misterius, siapa dia ?.”
“Mungkin…. Dia yang bernama putrid Andola.” Sahut Syah.
Seketika itu pula mereka kembali berjumpa dengan pak Seto di depan rumah tua dalam goa misterius itu.
“Mau apa lagi kalian kemari ?.”
Kemudian pak Seto langsung meninggalkan mereka dengan kesal. Tanpa berfikir panjang mereka memberanikan diri untuk membuka rumah tua yang selama ini membuat hati mereka dirundung rasa penasaran. Ketika pintu rumah tua mulai terbuka mereka mencium aroma amis dan busuk. Disana pula mereka menemukan rekaman dentuman gamelan dan alat pembuat bayangan yang tertata rapid dan aktif dalam waktu-waktu yang telah di atur pula.
Ketika Syah membuka jendela di rumah itu, ia melihat sebuah gerbang, rel kereta api dengan kereta api yang melaju di sana. Yang membuat ia terengah melihatnya karena kereta api tersebut bertuliskan “Illegal diamond business”.
“Sudah kuduga, semua ini hanyalah akal-akalan belaka, mana ada sih… hal mistis di jaman modern kayak gini.”
“Apa maksudmu Syah…?.”
“Kalian tau bungkusan darah binatang di peti sebelah sana ?.” sambil menunjuk sebuah peti yang ada di pojok rumah tersebut.
“Darah binatang ?.” Tanya Ridwan sambil bergegas melihat isi peti yang di maksud Syah.
“Ha…..?? benar. Ini darah…”
“Bukankah kamu yang menemukan keberadaan darah di salah satu pelosok goa ini Lim ?.” Tanya Syah.
“Oh…. Ya, aku baru ingat. Dan rekaman ini berisi suara gamelan yang berfungsi untuk menyamarkan suara kereta yang melaju di area sini.” Detail Halim.
“Kamu benar juga Lim. Lantas untuk apa alat penyamar ini ?. apakah ada hubungannya dengan misteri ini ? atau……...”
“Atau untuk mengelabui kita dengan adanya bayangan hutan semu dan sesosok bayangan wanita.”
“Ternyata ada rahasia disini yang selama ini tidak kita ketahui.”
“Tapi untuk apa pak Seto menutupi semua ini ?.” Tanya Syah keheranan.
Tidak lama kemudian terdengar kereta yang sedang melaju dan keluarlah dua orang menyertai pak Seto mengeluarkan peti-peti dalam gerbang kereta yang berisi berlian.
“Tidak salah lagi…… ini merupakan siasat penyelundupan yang sangat rapi danterencana.” Cetus Ridwan.
“Baiklah Wan…… kamu dan Syah tetap pantau mereka dari sini, sementara aku akan melaporkan hal ini pada pihak yang berwajib.”
Tidak lama Halim bergegas keluar, sekelompok polisi datang dan menggrebek tempat itu. Dalang dari kasus itu adalah pak Seto yang di bantu oleh kedua kaki tangannya. Mereka telah di amankan polisi.
“Sungguh sangat rapi taktik mereka.” Ungkap Ridwan geram.
“Ah…. Sudahlah Wan. Semua ini sudah berakhir, toh…. Mereka pasti menerima ganjaran yang setimpal.” Jelas Syah.
“Ok…. Pengembaraan kita telah usai. Sekarang waktunya kita pulang sob, udah larut malam loh……”
Akhirnya mereka pulang bersama dengan membawa kebanggaan yang mereka capai bersama yakni mengungkapkan rahasia di balik bukit Andola.
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar