Selasa, 19 April 2011

DUA WANITA PEMBERANI

DUA WANITA PEMBERANI

Di sebuah desa terdapat sebuah keluarga yang beranggotakan 4 orang, mereka adalah pak Hasan, bu Fatimah dan kedua putrid kembarnya yakni Aisyah dan Assyifah. Aisyah adalah anak yang mempunyai karakter lemah lembut sedangkan Assyifah adalah anak yang manis dan lucu.
Setiap hari mereka selalu bersama dengan kegiatan yang sederhana yakni mengantarkan kue-kue manis buatan ibunya. Mereka sangat menikmati kehidupannya saat ini karena meskipun mereka hidup dengan tidak bergelimangan harta, mereka tidak kekurangan kasih sayang dari orang tuanya.
Hari minggu adalah hari yang sangat indah bagi mereka. Setelah bangun mendengar alunan suara ayam pagi, mereka segera shalat dan lari pagi bersama, kemudian mereka pulang kerumah untuk mengambil makanan yang akan diantarkan pada ayahnya di sawah. Setelah pulang dari sawah mereka langsung mandi dan membantu ibunya di dapur untuk membuat kue, kue-kue itu akan dijual di toko-toko, baik yang berada di desa maupun di desa-desa sekitar. Pukul 12.00 semua kue telah masak dan di tata rapi di kotak kecil unuk diantarkan ke took langganan mereka. Mereka membagi tugas mengantarkan kue dengan adil.
Mereka kemudian kembali kerumah pukul 15.00. setelah shalat ashar mereka mengajar di TPQ Nurul Imam dan pulang setelah shalat maghrib. Setelah shalat mereka mengaji terlebih dahulu kemudian belajar bersama karena mereka tidak lain adalah satu kelas yakni di SMA Nuzulul Ilmi.
“Kak…. Hari ini sangat indah ya ?.” Kata Syifah pada kakaknya.
“Hmm….. iya, sampai kamu lupa makan kan ?.”
“Emm….. iya sih, abizz sibuk banget.”
Kemudian ibu Fatimah dating membawa kue yang enak – enak untuk anak – anaknya yang tersayang.
“Hayo…. Katanya belajar, kok malah ngerumpi.” Kata bu Fatimah sambil mengusap – usap rambut Syifah. Mereka sangat senang dengan perhatian yang diberikan oleh ibunya.
Perbincangan mereka usai setelah mendengar suara adzan isya’ yang melantun.
“Wah sudah isya’ tuh…. Kita shalat dulu yuk….!.” kata ayah memutuskan perbincanag mereka.
Setelah shalat isya’ mereka bergegas untuk kekamar dan segera tidur agar besok tidak bangun kesiangan.
“ku….ku….kukuruyuk…….” suara ayam berkokok mulai membelah pagi disertai lantunan adzan yang menggema.
“Aisyah…. Assyifah, bangun sayang…. Sudah subuh nak.” Ibu membangunkan sambil mengetuk – ngetuk pintu kamar mereka.
“Syifah…. Fah, bangun… sudah jam enam lo….” Bujuk Aisyah sambil tersenyum.
“Ha….. jam enam….” Syifah kaget dan segera ke kamar mandi.
“Ih….. kakak, kan baru subuh…..” kata Syifah geram.
Pagi yang cerah mulai bersinar, mereka berangkat sekolah dengan jalan kaki. Tidak lupa mereka juga membawa kue untuk di jual di kantin.
“Aisyah….. Syifah…..” teriak tudi temannya.
“Rudi, ada apa Rud…..?.” Tanya Aisyah sedikit heran.
“Kalian dipanggil pak Andi di kantor.” Kata Rudi dengan nafas terputus – putus.
Setelah Aisyah menaruh kue dikantin dan Assyifah menaruh tas mereka di kelas, mereka segera menemui pak Andi di kantor.
“Assalamualaikum” mereka serentak sambil mengetuk pintu.
“Waalaikumsalam. Eh.. kalian, kesini sebentar bapak mau bicara.”
“Begini, bapak mau mengikutkan kalian dalam program TMB (Terampil,Mandiri,dan Berani) se provinsi yang di laksanakan di Bali.Jadi kalian sekarang saya izinkan untuk pulang pagi dan minta izin pada orang tua dulu,ya!. kalian tidak usah membawa bekal karena.konsumsi kita tanggung.”Tutur Pak Andi.
”oh….iya pak,kita akan minta izin pada orang tua kami,tapi apa hanya kita berdua ?” kata Aisyah.
“oh…tidak,jangan khawatir, ada satu lagi teman kalian yakni Ima.”kata pak Andi.
”ya….sudah pak,kami pamit pulang .”kata Assyifah.
”Assalammu’alaikum.”Mereka mengucap salam bersama dan meninggalkan ruangan itu.Setelah mereka izin pada Pak Hasan dan Bu Fatimah mereka di jemput mobil merah milik Pak Andi.Di dalam ada Pak Andi,Bu Risky dan Ima.Mereka beruntung karena mendapatkan kamar tidak jauh dari kantor panitia, sehingga mereka mudah menangkap pengumuman.Setelah sholat isya’ mereka berdua sudah tidur sedangkan Ima masih diluar.
Hari Rabu adalah Hari yang pertama di sana.Setelah sholat shubuh mereka senam bersama dan bersiap - siap untuk penjelahan di hutan belakang.Setelah sarapan pagi mereka berangkat memulai penjelahan mereka. Dalam penjelajahan itu terdiri dari dua kelompok perempuan laki-laki agar laki-laki dapat melindungi perempuan ketika menjelajah di hutan.sekolah Ima satu kelompok dengan SMA Bahrul Islam yang terdiri dari tiga anak laki-laki yakni Fahrul,Iwan,dan Anto.Dan mereka di temani oleh Fahri yakni salah satu panitia muda sekaligus sepupu dari Fahrul,umurnya hampir sama.
Sampai di tengah hutan,ke tujuh pelajar itu menemukan sebuah batu basar yang bertulis jawa.Assyifah melihat sebuah rumah tua dan tanpa berfikir panjang,ia pergi sendiri menghampiri rumah itu ketika di bukannya pintu rumah,tiba-tiba….
“Aaaaa….”Teriak Assyifah.
“Syifah…”kemudian semua anak menghampirinya,”Syifah,ada apa.”Teriak Ima.
“Tidak, tidak ada apa-apa .”Kata Syifah gugup.
“Ini minum dulu biar nggak gugup gitu.”Kata Fahrul dengan menawarkan sebotol air putih di tangannya.
“Terimah.”Ucap Syifah
“Wah…hebat sekali kamu Syifah,dapat menemukan tempat misterius yang di maksud Kepala Panitia.”Kata Fahri keheranan.
“Apa ini?”Aisyah bertanya dengan membawa batu merah.
“Berkilauan, seperti batu merah delima.”Kata Iwan.
Setelah mereka mengamati begitu detail, mereka memutuskan untuk kembali ke tempat peristirahatan.
“Hmm…capek juga ya.”Kata Aisyah sambil duduk di teras depan bersama ke-6 temannya.
Setelah mereka sholat dhuhur, mereka makan bersama-sama, dari sejak itulah di antaraFahri dan Aisyah berkenalan lebih jauh.
“Kak…ada apa nih?”Sindir Assyifah.
“Emang ada apa?”Aisyah heran dengan tingkah adiknya.
“Ihh…ada apa sih, udah deh lebih baik kita berkemas- kemas sekarang, kan kita besok pulang.”Tutur Aisyah.
“Perhatian ….seluruh peserta lomba TMB diharap berkumpul di lapangan.”suara keras terdengar dari microfon.
Semua anak berkumpul di lapangan.Mereka berharap agar menjadi pemenang dalam TMB tahun ini. Karena pemenangnya akan di kirim untuk lomba TMBP (Terampil,Mandiri,dan Berani antar Provinsi).
“Asslamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.”Ucap seorang wanita pembuka acara mengawali acara pada siang hari itu.
“Anak-anak yang saya banggakan.semua kerja keras kalian kemarin sangatlah bagus,ibu terkesan sekali.”
Semua anak sangat cemas mendengar tutur kata ibu Ida.
“Pemenang Program Lomba Tahun ini adalah
………………………………………………
SMA Bahrul Islam Nuzulul Ilmi.”
“Alhammudillah”Aisyah dan Assyifah serentak.
Aisyah sangat gembira dan memberitahukan hal ini kepada orang tua mereka.
Sejak Aisyah kenal sama pemuda yang bernama Fahri,ia jadi sosok anak yang berbeda ia sedikit cuek sama teman-temannya,tapi tidak umtuk adiknnya.Aisyah seperti orang lain dimata temannya.
Hari-hari pun berlalu ketika akan ujian, Aisyah sudah diperingatkan adiknya untuk tidak melamun lagi. Aisyah juga bingung apa yang terjadi pada dirinya. Dia merasa bahwa ia tidak akan menemukan pemuda sebaik Fahri. Seolah – olah Fahri adalah sosok pemuda yang tiba-tiba datang dalam kepolosan wajah muslimahnya.
“Kak…. Ujian tinggal satu hari lagi, please, jangan gini terus…..” tutur Syifah.
Assyifah merasa kasihan terhadap kakaknya yang bisa dibilang lagi “first love”itu. Padahal rasa itu bukanlah muncul secara angsung, melainkan diawali dari rasa kagum yang lebih besar.
Hari – hari berjalan dengan cepat, Aisyah dan Assyifah telah selesai melaksanakan Ujian Nasional. Mereka sekarang tinggal menunggu pengumuman kelulusan. Akhirnya hari yang dinanti – nanti tiba, selebaran kertas yang berisi nama dan kelulusan mereka terpampang jelas di madding sekolah. Aisyah dan Syifah juga tidak mau ketinggalan informasi.
“Alhamdulillah, kak…. Nilai danunku hampir sempurna….”
“Fah…… nilaiku fah…….” Ucap Aisyah dengan mata berkaca- kaca.
“Kak…… kakak tidak apa – apa ?.” Tanya Syifah yang melihat kakaknya lemas tak berdaya melihat nilai ujiannya yang cukup jeblok itu.
“Sudahlah kak, Alhamdulillah kakak masih meraih danun seperti itu, masih banyak kok teman-teman yang ada dibawah danun kakak…. Anggaplah ini sebagai pelajaran buat kakak karena sering melamun tidak jelas seperti kemarin.” Tutur Syifah.
Setelah pengumuman ujian usai, mereka segera mendaftarkan diri ke Universitas yang mereka pilih. Ketika mendaftar Syifah melihat pemuda yang bisa dibilang lumayan tampan.
“kak….. lihat tuh….”
“Apa sih ? Eh….. udah, udah jangan dilihat lagi…. Kamu mau kegagalan menimpamu saat ini ?.”
“He…he…. Nggak juga sih…. Ya udah deh, aku nggak lihat tapi kalau ngintip nggak apa-apa kan….?.”
“Hmm…… kamu itu ada – ada aja…. Udah ach… ayo cepat masuk, sepertinya sekarang giliran kita.”
“Oc dech…… asal nggak kakak aja yang gantian lihatin dia.”
“Eh….. kamu ya…..”
Hingga pada akhirnya mereka menyadari bahwa kehidupan bukanlah berjalan seperti air mengalir. Karena air yang mengalir pasti selalu menuju ketempat yang lebih rendah, sedangkan kita hidup bertujuan untuk mencapai kejayaan yang tinggi. Oleh sebab iti hidup itu lebih baik di bilang seperti layang – layang. Sewaktu-waktu dapat terbang tinggi, terombang ambing, terbang lurus bahkan juga bisa jatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar